Banyak orang gagal tidak menyadari betapa dekatnya mereka dengan kesuksesan saat mereka menyerah . T A Edison.

Sunday 28 June 2009

Babi Ngesot - Datang Tak Diundang Pulang Tak Berkutang


By; Raditya Dika
Babi Ngesot: Datang Tak Diundang, Pulang Tak Berkutang adalah kumpulan cerita pendek pengalaman pribadi Raditya Dika, penulis Indonesia terbodoh saat ini. Simak tujuh belas cerita aneh-tapi-nyata Raditya di buku ini, termasuk kalang kabut digencet kakak kelas, dihantuin setan rambut poni, sampai perjuangan menyelamatkan keteknya yang sedang “sakit”.

scan by blackpaper
download ebook part 1
download ebook part 2




Selengkapnya......

Radikus Makan Kakus


Raditya Dika

TIDAK DIANJURKAN UNTUK IBU HAMIL!

... Beberapa menit kemudian kelas dimulai. Kayaknya ngajar kelas 1 SMP bakalan jadi living hell. Baru masuk aja udah berisik banget. ‘Selamat siang, saya Dika,’ gue bilang ke kelas 1 SMP yang baru gue ajar ini. ‘Saya guru untuk pelajaran ini.’ ‘Siang, Pak!’ kata anak cewek yang duduk di depan. ‘Jangan Pak. Kakak aja,’ kata gue sok imut. Gue lalu mengambil absensi dan menyebutkan nama mereka satu per satu. ‘Sukro,’ gue manggil. ‘Iya, Kak.’ Sukro menyahut. ‘Kamu kacang apa manusia?’ ‘Hah? Maksudnya?’ ‘Engga, abis namanya Sukro, kayak jenis kacang,’ kata gue, kalem. ‘Oke, kacang apa manusia?’ ‘Ma-manusia, Kak.’ ‘KURANG KERAS!’ Gue menyemangatinya. ‘MANUSIA, KAK!’ Satu kelas hening.

RADIKUS MAKANKAKUS: Bukan Binatang Biasa adalah buku ketiga Raditya Dika (setelah Kambingjantan dan Cinta Brontosaurus), berisi pengalaman-pengalaman pribadi Raditya Dika sendiri yang bego, tolol, dan cenderung ajaib. Simak kisah Raditya Dika jadi badut Monas sehari, ngajar bimbingan belajar, dikira hantu penunggu WC, sampai kena kutuk orang NTB. Penulis Indonesia, tidak pernah segoblok ini.

Scan by Dewi KZ

download




Selengkapnya......

Cinta Brontosaurus


by : Raditya Dika

...Ada satu adegan yang mana gue harus berantem ama orang di depan orang banyak. Gue akting dengan segenap jiwa dan raga. Dengan menyeimbangkan emosi dengan karakter. Dengan masuk ke dalam jiwa sang tokoh. Dengan total. Layaknya Tom Krus minum Irex. Uoh! Setelah selesai shooting, gue tanya ke Mister, salah satu temen yang ada di lokasi syuting. ‘Gimana tadi acting gue pas berantem, keren, ya?’ gue nanya dengan pede. ‘Kayak babi lepas,’ dia jawab santai. Cinta Brontosaurus adalah kumpulan cerita pendek pengalaman pribadi Raditya Dika, pengarang buku KambingJantan yang bego, tolol, tetapi tetap kontemplatif. 13 kisah di dalamnya adalah pengalaman nyata.

ebook by blackpaper

download




Selengkapnya......

Kambing Jantan (novel)


Sebuah Catatan Pelajar Bodoh (Radika Ditya)

Sinopsis Buku:

Esok paginya, ternyata jerawat gw makin banyak!!!! Tdakkkk?rupanya adayang infeksi gitu soalnya si tukang salon salah ngasih obat?Nyokap gw langsung panik, mulai saat itu dia tiap malem bersiin muka gw pake lation ama toner pembersih. Ajaibnya setiap kali dibersiin ama dia, paginya pasti jerawat gw berkurang banyak sekali!!!!
Selidik punya selidik, gw bertanya kepada sang mama?
Gw: Ma, kok jerawatnya ilangnya kok cepet banget sih? Lationnya bagus ya?
Nyokap: Wahhh?rahasianya bukan dikrim ato tonernya, kung?
Gw: Trus?

Nyokap: Rahasianya tuh pada kain yang mama pake buat bersiin muka kamu!
Pas gw ngeliatin tuh kain ternyata bentuknya segi tiga, ternyata ada karetnya di bagian atas?ternyata?itu adalah kolor bokap gw!!!!!!! TIDAAAAAKKK?.jadi selama ini nyokap gw menjamah dan mengusap muka gw pake kolornya bokap?Huhuhuu?nasip?tapi manjur lho!
pesan moral: ternyata selain buat topi, kolor mempunyai kegunaan lain yang menakjubkan!

ebook by Blackpaper

download




Selengkapnya......

Komik Kambing Jantan



by ; Raditya Dika

Para blogger di ibukota tentu mengenal Raditya Dika, seorang blogger dengan tata bahasa yang ‘ajaib’. Radit telah menelurkan empat novel, yaitu “Kambing Jantan”, “RadikusMakanKakus”, “Babi Ngesot”, dan “Cinta Brontosaurus”. Semua buku Radit laris manis. Maka kali ini dibuatlah versi komik yang ceritanya diambil dari novel, “Kambing Jantan”.

Ceritanya berupa pengalaman Radit ketika menuntut ilmu di Adelaide, Australia. Pengalaman sehari-harinya dikemas dengan bahasa yang lucu, sehingga pembaca banyak tertawa dibuatnya. Komik ini boleh dibilang visualisasi dari novelnya. Walau tak mirip benar, komik ini cukup lucu.
Dio sebagai ilustrator bisa mewakili kelucuan Radit. Sayangnya ukuran tulisan dalam komik ini cukup imut-imut, sehingga agak menyulitkan bagi yang bermata minus. Tetapi komik “Kambing Jantan” cukup memuaskan bagi mereka yang menyukai kekonyolan Raditya Dika.

download part 1
download part 2





Selengkapnya......

Saturday 18 April 2009

"12 Langkah Sukses Dari Amazon"- Habibie Afsyah


Bagaimana Seorang Pemuda Cacat Berumur 20 Tahun Yang Duduk Dikursi Roda & Tidak Bisa Bahasa Inggris Secara Diam Diam Menghasilkan US$5,600".(...dan, bagaimana Anda Hari Ini bisa mencuri rahasianya sehingga mendapatkan hasil yang sama - atau bahkan hasil yang lebih BESAR)

download




Selengkapnya......

Kemuning


Tatkala DEWO terpaksa menikahi gadis yg dihamilinya pacarnya wulandarai merasa amat risi dan tertekan karena setiap orang di Tawangmangu merasa iba kepadanya. Harga dirinya sangat terluka oleh perhatian berlebihan itu karena sebenarnya dia bukan gadis rapuh yang patut dikasihani- Perlakuan orang orang di sekelilingnya itu. justru membuat Wulan merasa dirinya pecundang, orang yang terkalahkan dan tersingkirkan. Oleh sebab itulah ia tidak sudi menumpahkan air mata hanya untuk menangisi kekasih yang tidak setia.
Tetapi ternyata Wulandari keliru. Menangis itu perlu. Karenanya ketika Eko mampu menyibak konflik yang ada di batinya, tangisnya pun akhirnya tumpah di atas dada laki-laki itu. dann dalam perjalanan waktu, keakraban mereka berkembang menjadi cinta yang tumbuh dengan suburnya. Persamaan kisah, minat. dan cara pandang mematrikan hati mereka berdua.
Namun sayang, Tawangmangu bukanlah Jakarta. Kisah cinta antara Wulandari. anak pemilik perkebunan yang kaya raya, dan Eko, anak salah seorang mandor perkebunan itu sulit diterima oleh keluarga kedua belah pihak maupun oleh komunitas setempat Terlebih karena sistem nilai feodalisme begitu kuatnya dalam hierarki dunia perkebunan dan darah priyayi yg mengalir ditubuh wulandari terlalu kuat

scan by otoy

download





Selengkapnya......

Monday 13 April 2009

Zaman Edan, Indonesia Di Ambang Kekacauan


Buku penuh fakta mengejutkan ini menuturkan kisah reportase wartawan terkemuka Richard Lloyd Parry di Indonesia antara 1996-1999.

Dia meliput dari dekat dan mengalami langsung peristiwa pembantaian etnis dan kanibalisme di Kalimantan pada 1997 dan 1999, demonstrasi mahasiswa dan kerusuhan massal di Jakarta 1998, serta pembumihangusan Timor Timur oleh milisi dan tentara Indonesia menyusul jajak pendapat yang mengantarkan kemerdekaan negara itu pada 1999.

Ditulis dengan lancar, akrab, dan enak dibaca, buku ini membuka mata kita akan segala peristiwa kelam di negeri ini yang kerap ditutup-tutupi, sekaligus mengajak kita merenungkan kembali makna reformasi setelah 10 tahun rezim Orde Baru tumbang dan memaknai momen 100 tahun kebangkitan nasional.

download




Selengkapnya......

Buku saku korupsi : Memahami Untuk Membasmi


Tahukah anda bahwa menurut data Pacific Economic and Risk Consultancy pada tahun 2005 indonesia ditetapkan menempati urutan pertama negara terkorup di asia!, bukan suatu prestasi yang membanggakan tentunya.

Apa sebenarnya korupsi?, bagaimana & seberapa besar efeknya bagi kerugian keuangan negara?, pasal pasal apa saja yang berkaitan dengan tindak pidana ini?, hingga apa yang sebaiknya anda lakukan apabila anda menemukan suatu tindakan korupsi?, bagaimana cara melaporkannya?

Ebook resmi buatan KPK ini akan menjelaskan semuanya untuk anda, membantu memberikan pemahaman kepada masyarakat akan betapa buruknya efek yang bisa ditimbulkan oleh sebuah tindakan yang dinamakan KORUPSI!


download



Selengkapnya......

Thursday 2 April 2009

Golput, Realitas Berdemokrasi di Indonesia

Sejarah lahir dan perkembangan Golput

Dalam sejarah kemunculannya, Golput pertama kali merupakan istilah bagi sebuah gerakan yang dengan sadar memilih untuk tidak memilih partai manapun (baca ; coblos), dimana hal tersebut merupakan wajah dari bentuk kekecewaan dan perlawananan atas kebijakan pembatasan jumlah partai politik pada masa rezim orde baru (1971). Saat itu, Arif Budiman dan beberapa cendekiawan muda lainnya, melihat sebuah geliat negatif adanya upaya pemerintah untuk mengontrol sistem perpolitikan didalam negeri yang mengarah pada kepentingan penguasa, kemudian mereka meresponnya dengan satu gerakan protes yang menganjurkan untuk tidak mencoblos tanda gambar partai yang ikut pada pemilu masa itu, dan menggantinya dengan mencoblos bagian kertas yang berwarna putih, hingga orang orang yang melakukan gerakan tersebut kemudian dikenal dengan nama golongan putih atau golput.

Fenomena golput sendiri kembali mencuat menjadi buah bibir perbincangan diantara para pakar politik secara khusus dan khalayak ramai pada umumnya, setelah pada pemilu 2004 mereka secara sistematis keluar sebagai pemenang dengan perolehan suara mencapai 23,3 persen dari total pemilih terdaftar sebanyak 148.000.369, padahal pada pemilu pemilu sebelumnya prosentase golongan ini paling tinggi hanya berkisar diantara angka 10 %, kemenangan tersebut kembali diteruskan dibeberapa ajang PILKADA, hingga terakhir di PILKADA Jawa timur mereka kembali mencapai kemenangan mutlak dengan prosentase diatas 40 %, berdasarkan data diatas ditambah dengan beberapa elemen pendukung, seperti seruan langsung untuk golput oleh tokoh bangsa semacam Gus Dur dan beberapa pihak yang kecewa karena gagal dalam usahanya meng-goal-kan calon independent, juga semakin meningkatnya kekecewaan akan figur figur calon legislatif yang muncul dan krisis kepercayaan yang terjadi terhadap partai partai yang ada, menjadikan banyak pihak memperkirakan bahwa golongan ini akan semakin membludak simpatisannya di pemilu 2009 yang akan datang.

Golput di era orde baru dan reformasi

Dalam realitas terakhir Golput sendiri mengalami perluasan makna menjadi lebih umum dan kompleks dibanding awal kemunculannya di era orde baru, kala itu golput sekedar sebuah gerakan protes terhadap kebijakan pemerintah yang berkuasa, dimana beberapa cendekiawan muda menganggap demokrasi telah dikebiri dan akhirnya melakukan protes politik dengan mengimbau agar mencoblos bagian putih dari kertas suara (tidak mencoblos tanda gambar partai), namun di era reformasi sekarang ini mereka yang disebut golongan putih atau "no voting decision" adalah semua pihak yang memilih untuk tidak memilih semua partai atau kontestan pemilihan umum dengan alasan apapun, baik karena alasan teknis maupun kesalahan administratif, atau memang dengan sengaja tidak memakai hak pilihnya karena sebab dan alasan tertentu, cara yang digunakan juga beragam, salah satunya apabila seorang pemilih berkeputusan untuk tidak hadir saat prosesi pemilihan, meskipun sudah terdaftar didalamnya, maka hal ini dianggap golput, atau hadir dengan mencoblos bagian putih kertas suara atau mencoblos tanda gambar lebih dari satu partai maka hal ini menjadikan kertas suara rusak dan tidak sah, dalam metode ini golput tetap hadir dan mengikuti proses pemilu, kemudian sebagian mereka bahkan ada yang tidak terdaftar sebagai pemilih sejak awal, karena menolak ditulis dan dicantumkan namanya saat pendataan pemilih.

Golput ; gerakan moral, politik dan isu keagamaan

Ketika Gus Dur menyerukan para pendukungnya untuk golput pada pemilu 2009 nanti, banyak pihak berpendapat bahwa hal tersebut tidak akan banyak memberikan pengaruh, dengan asumsi latar belakang yang melandasi seruan tersebut muncul karena personal clash, dan rakyat dianggap sudah cerdas untuk tidak mengikuti ajakan tersebut, namun setahap demi setahap isu tersebut terus berkembang dan diperbincangkan, semakin meluas dalam sebuah koridor bentuk protes pada demokrasi yang sementara ini berlangsung, atau jika bisa lebih spesifik hal itu merupakan bahasa kekecewaan terhadap partai partai dan personal yang ada didalamnya. Golput muncul dari sebuah realitas humanis, gerakan moral akibat sebuah stagnanisasi dari lika liku demokrasi, rasa kecewa bahwa berlangsungnya pemilu sekalipun tidak lagi dapat memberikan kontribusi positif bagi perkembangan bangsa kearah yang lebih baik.

Isu politik bangsa Indonesia semakin menghangat saat ketua MPR RI Hidayat Nur Wahid, membuat pernyataan politis mendesak Majelis Ulama Indonesia atau disingkat MUI agar mengeluarkan fatwa haram Golput, yang notabene merupakan salah satu realitas berdemokrasi di Indonesia, pro dan kontra langsung bermunculan menanggapi masalah tersebut, dan pada puncaknya fatwa haram itu akhirnya tetap keluar, Golput sebagai realitas humanis telah dimasukkan kedalam lahan kajian agama, dan mendapat label negatif dengan predikat haram sebagai justifikasinya. Sungguh sangat ironis, saat wacana golput yang pertama kali muncul sebagai suatu respon positif terhadap sebuah sistem negatif yang sedang berlangsung, kini mulai diputar-balikkan posisinya demi sebuah kepentingan politik, jumlah simpatisan golput yang cukup besar tentu saja merupakan objek paling menggiurkan untuk diperebutkan bagi partai partai peserta pemilu, dan tidak dapat dipungkiri bahwa isu isu agama dianggap metode paling relevan untuk menarik simpatisan golongan ini agar kembali menggunakan hak pilihnya.

Golput merupakan sebuah dosa politik

Seiring bergulirnya waktu menjelang pemilu 2009 yang tinggal hitungan bulan, para partai kontestan pemilu juga semakin giat dalam melakukan segala upaya untuk merebut simpati massa, bukan hanya janji manis yang diobral, bahkan wacana wacana negatif juga turut dilemparkan untuk menjatuhkan lawan politiknya, golput sebagai golongan yang memiliki simpatisan tertinggi juga tidak luput dari serangan serangan wacana yang dilontarkan oleh beberapa pihak, hingga mencapai klimaksnya ketika MUI mengelurkan fatwa tentang kewajiban menggunakan hak pilih atau lebih popular dengan istilah fatwa haram golput , dengan menggunakan landasan tersebut bisa kita tafsirkan bahwa golput merupakan sebuah dosa politik didalam pesta demokrasi.

MUI mengklaim bahwa Fatwa haram keluar dengan alasan untuk mendorong partisipasi masyarakat, khususnya umat islam agar terlibat dalam pemilu yang merupakan wahana memilih pemimpin yang dalam perspektif agama hukumnya adalah wajib, saya tidak ingin panjang lebar mendebat fatwa tersebut, karena jika kita berbicara menggunakan sudut pandang undang undang didalam sebuah Negara, maka memilih dalam pemilu adalah hak konstitusional semua warga Negara yang telah memenuhi syarat, dalam hal ini pemerintah juga telah membikin peraturan peraturan yang berkaitan dengan pemilihan itu sendiri, dan disana tidak tercantum peraturan yang menyebutkan warga Negara dilarang untuk golput, atau diberi sanksi karenanya, sebab memilih merupakan hak, dan bukan sebuah kewajiban, maka jika dilihat dari kacamata politik maka terasa sangat lucu ketika muncul sebuah fatwa bahwa golput itu haram.

Golput bukan solusi, dia adalah fenomena dalam demokrasi

Saya sepakat dengan semua pihak yang menyatakan bahwa Golput bukanlah sebuah solusi praktis, karena jika kita memakai perhitungan matematis, sebanyak apapun masyarakat yang golput tetap saja jumlah anggota DPR tidak berubah, presiden masih terpilih dengan perolehan suara terbanyak, pemilu tetap berjalan dengan warna-warninya dan menghasilkan pemimpin pemimpin untuk kurun waktu lima tahun kedepan, maka jika terdapat pihak yang tidak menggunakan hak pilihnya dengan asumsi bahwa dia dapat mempengaruhi jalan dan hasil pemilu, tentu itu sebuah kesalahan berpikir yang besar, akan tetapi satu hal yang pasti, bahwa keberadaan golput adalah sebuah fenomena dalam sistem demokrasi, dimana eksistensinya tidak dapat dapat dipungkiri, meski secara sistematis dia tidak memberikan pengaruh pada hasil pemilu, akan tetapi gerakan ini dapat memberikan tekanan moril dan sebuah bukti bahwa terdapat kesalahan pada metode demokrasi yang diterapkan atau dalam pelaksanaannya, dan jika jumlah golput sangat signifikan tentunya dia mampu menciptakan opini lemahnya legalitas partai atau person pemenang pemilu.

Bukan golput yang menjadi masalah, tapi sistem dalam negara ini yang harus diperbaiki dan dirubah, golput merupakan orasi diam dalam demonstrasi menghadapi kesalahan dan kerancauan yang terjadi, dimana saat partai partai didirikan hanya untuk mengusung kepentingan peribadi sebagai kendaraan menjadi pemimpin negeri ini, dikala baliho baliho terpampang dengan megah berisi visi misi tiada berisi, dan setelah rutinitas lima tahunan itu berakhir, kondisi rakyat masih tetap sama yaitu sengsara.

Golput bukanlah karena mereka bodoh, atau acuh tak acuh dengan kondisi bangsa ini, tapi dia merupakan bahasa tanpa suara yang sedang menunggu bukti akan janji para elite politik yang selalu berteriak atas nama rakyat, yang tiba tiba diam saat sudah menjadi penguasa, jadi siapa yang salah jika pada pemilu yang akan datang, sebagian besar rakyat akan kembali menjadikan Golput sebagai pilihan ???

Agassa Salama
Akhir mahattah H-8, 12 maret 2009.

Selengkapnya......